A.
Jalur Keturunannya
Imam Abu
Hanifah adalah seorang sufi yang mempunyai nama lengkap Abu Hanifah Al
Nu’man bin Shabit bin Zautha. Beliau dilahirkan di kota Kuffah pada tahun
80 H. Abu Hanifah adalah putra Tsabit seorang keturunan persi yang lahir di
Kuffah dan menetap di Kuffah sampai Abu Hanifah lahir.
B.
Kehidupan Abu Hanifah
Abu Hanifah hidup dan di besarkan di kota Kufah.
Beliau menggunakan waktu sehari-harinya untuk belajar dan memperdalam ilmu
agama sebanyak-banyaknya. Setelah beliau merasa ilmu yang diperolehnya dirasa
belum cukup, beliau mengembara ke Hijaz, Mekkah dan Madinah untuk menambah ilmu
dan wawasan keilmuwannya. Beliau berusaha mendalami ilmu hukum yang bersumber
dari Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib melalui para sahabat yang pernah
hidup bersama Umar dan Ali, Seperti: Hammad bin Abi Sulaiman, Ibrahim al
Nakha’i, Abdullah Bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas.
Dalam pengembaraannya tersebut, beliau
juga bertemu dengan beberapa sahabat Rasulullah, diantaranya adalah: Anas
bin Malik, Abdullah bin Auqa, Sahal bin Sa’adi, dan Abu Thufail ibnu Wailah. Dan
dari beberapa orang sahabat itulah beliau dapat menambah ilmunya dan memperluas
wawasan keislamannya.
C.
Keistimewaan Abu Hanifah
Abu Hanifah mempunyai wawasan yang luas tentang
keislaman sehingga beliau dijuluki sebagai seorang Mujtahid besar (ismamul
a’zdam), walaupun sebagai seorang Mujtahid beliau juga mempunyai usaha
berdagang untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, karena beliau mempunyai
prinsip Hidup diatas kemampuan sendiri tanpa harus memberatkan orang lain.
Prinsip hidup yang dimiiki Abu Hanifah
membuat beliau kerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan juga
untuk mementingkan kepentingan fakir miskin dan orang lain yang membutuhkan
uluran tangannya. Meskipun sehari-harinya beliau bekerja sebagai pedagang,
namun beliau tetap hidup dalam kehidupan sufi dengan zuhud, wa’ra dan taat
menjalankan ibadah secara terus menerus siang dan malam.
Prinsip hidup yang dimiliki oleh Abu
Hanifah membuat dirinya selalu hidup dalam kesederhanaan dan bertawakkal
termasuk dalam hal kehidupan duniawi. Dalam kehidupan dunia, beliau selalu
menjaga kesucian hati dan badan dari segala macam dosa, termasuk diantaranya
beliau menolak jabatan yang diberikan penguasa kepada dirinya. Beliau juga
pernah menolak pemberian dari Abu Ja’far Al Manshur berupa uang sejumlah 10.000
dirham. Ketika Abu Hanifah menolak pemberian itu, Abu Ja’far berkata: “Mengapa
anda menolak pemberianku? Padahal anda dirumah punya keluarga.” Lalu Abu Hanifah
menjawab: “Keluargaku ku serahkan kepada Allah dan hidupku hanya cukup 2 dirham
saja.”
Kehidupan dagang yang digeluti Abu Hanifah
tidak mendorong dirinnya untuk berbuat curang dan menipu kepada para
pembelinya, termasuk ketika beliau menjual barang kepada kongsinya dan dijual
kepada orang lain. Ketika Abu Hanifah mengetahui hal itu dilakukan oleh
kongsinya, maka beliau segera mengeluarkan sedekah sebanyak 30.000 dirham.
Abu Hanifah sebagai seorang Sufi, beliau
selalu mensucikan dirinya dan selalu berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah
dengan tekun beribadah kepada Allah. Dalam hidupnya selama 40 tahun, belaiu
selalu melaksanakan shalat subuh dan wudhunya dilaksanakan ketika datangnya
waktu isya’. Dan beliau adalah seorang sufi yang telah mengkhatamkan Al-Qur’an
sebanyak 7000 kali.
D.
Pokok Pikiran Abu Hanifah
Sebagai seorang sufi, Abu Hanifah mempunyai pokok
pikiran yang patut kita contoh dan kita teladani. Diantara pokok pikiran Abu
Hanifah adalah: “Amalkanlah apa yang pernah kalian pelajari, karena teori
tanpa praktek ibarat tubuh tanpa roh”
Dari pokok pikiran itu dapat kita ambil
pelajaran bahwa setiap perilaku, tingkah laku, dan ibadah yang kita lakukan
harus dibarengi denga teori ilmu yang berkaitan dengan apa yang kita kerjakan
tersebut, karena setiap perbuatan yang kita lakukan disertai dengan ilmu, akan
menampakkan hasil yang baik dan memuaskan.
E.
Karya-karya Abu Hanifah
Sebagai
seorang sufi, Abu Hanifah banyak meninggalkan karyanya yang dapat diwarisi oleh
generasi penerusnya. Diantara karyanya adalah:
1. Kitab Al Fiqhul Akbar
2. Kitab Ar Risalah
3. Kitab Al ‘Alim Wal Mutaalim
Disamping
beliau meninggalkan karya-karya tersebut, beliau juga meninggalkan
murid-muridnya yang bisa mengamalkan dan mengembangkan ilmu yang dimiliki Abu
Hanifah, diantara murid-muridnya adalah sebagai berikut:
1. Abu Yusuf bin Ibrahim Al Auza’i
2. Zafr bin Al Hazil bin Qais
3. Muhammad bin Hasan bin Farqad al
Syaibani
4. Al Hasan bin Ziyad al Lu’lu’i
F.
Wafatnya Abu Hanifah
Abu Hanifah sebagai seorang sufi yang semasa hidupnya
hampir tidak pernah memberatkan orang lain dan selalu rajin beribadah kepada
Allah, wafat pada tahun 150 H.
Komentar
Posting Komentar