Wall-E adalah sebuah judul film sekaligus nama dari sang tokoh utamanya. Wall-E merupakan sebuah robot yang diproduksi untuk melakukan press pada tumpukan sampah sehingga berbentuk kubus.Pada permulaan film, digambarkan bahwa Wall-E sedang memilah-milah rongsokan di antara tumpukan sampah. Latar tempatnya sulit ditebak pada awalnya, sebab gersang sekali. Pada daerah tersebut banyak berdiri gedung pencakar langit, namun tidak dihuni oleh satu manusia pun.
Menit demi menit berlalu, mengungkapkan bahwa latar tempat yang gersang tersebut adalah bumi. Namun, berbeda sekali dengan situasi bumi 2018 ini.
Wall-E, dengan kebiasaannya memilah-milah rongsokan di antara tumpukan sampah pada suatu hari terkejut. Sebab, ia menemukan sesuatu berwarna hijau. Bukan benda mati, melainkan makhluk hidup. Ya, tumbuhan. Jarang sekali Wall-E menemukan tumbuhan di bumi. Ia lekas menyimpan tumbuhan tersebut di rumahnya. Ia memang sering menyimpan benda-benda yang menurutnya penting.
Sampai pada suatu hari Wall-E bertemu dengan Eva; sebuah robot yang dikirimkan ke bumi dari Axiom, pesawat luar angkasa. Eva terlihat mendeteksi seluruh tempat di bumi, sedangkan Wall-E terus mengikuti Eva. Wall-E yang tertarik dengan Eva, lantas mengajak Eva ke rumahnya. Wall-E menunjukkan hal-hal yang ia punya kepada Eva. Hal mengejutkan ketika Wall-E menunjukkan tumbuhan kepada Eva. Dengan otomatis Eva menyimpan tumbuhan tersebut pada kotak penyimpanan dalam dirinya, kemudian nonaktif.
Wall-E terus memanggil-manggil nama Eva, dan setia berada disampingnya. Ketika sebuah roket datang mengangkut Eva untuk pergi, Wall-E dengan tekadnya pun ikut naik ke roket tersebut.
Suasana pada tempat yang baru dipijaki Wall-E sangat asing baginya, yaitu Axiom. Wall-E berada di tempat yang ramai dengan manusia-manusia berbadan besar, namun tidak ada yang berjalan kaki. Semua manusia duduk di kursi yang telah disediakan. Tempat asing itu sangat terorganisir. Robot merupakan pelayan manusia di sana.
Ternyata Axiom adalah pesawat luar angkasa yang dijadikan tempat tinggal oleh manusia sebagai pengganti bumi. Dalam film ini dikatakan bahwa bumi tidak layak dijadikan tempat tinggal oleh manusia karena suhunya yang terlalu panas.
Kedatangan Eva dengan tumbuhan pada kotak penyimpanan dalam dirinya sangat berpengaruh bagi masyarakat Axiom. Sebab jika di bumi sudah terdapat tumbuhan yang bertahan, itu menandakan bahwa bumi sudah layak dijadikan tempat tinggal lagi. Artinya, masyarakat Axiom bisa kembali pulang ke bumi.
Efek Modernisasi
Kedatangan Wall-E pada planet Axiom mengisyaratkan suatu prediksi pada masa depan manusia. Semua manusia sangat bergantung pada teknologi dan makanan cepat saji.
Robot-robot seolah diciptakan untuk menggantikan pekerjaan manusia dan berakibat pada kemalasan manusia yang kian meningkat. Pembuat makanan, pembersih, pelayan, bahkan polisi adalah robot. Tenaga manusia sudah tidak dibutuhkan lagi.
Zaman milenial ini adalah tahapan menuju kepada situasi dan kondisi yang digambarkan pada planet Axiom, yaitu kondisi dimana manusia sudah tidak melakukan apa-apa lagi. Realitanya, modernisasi kian nampak dan meluas terutama di kota-kota besar. Teknologi pada zaman ini pun selalu mengalami pembaruan, dan kebutuhan manusia semakin bisa diatasi dengan cepat atas bantuan tekhnologi. Bahkan, beberapa pekerjaan sudah ditangani oleh mesin, bukan oleh tangan manusia lagi.
Tidak sebatas pada tekhnologi, bahkan interaksi antar makhluk sosial sudah tidak ada. Manusia menjadi semakin individualistik. Tidak ada yang memerhatikan lingkungan sekitar; semua fokus pada diri masing-masing.
Sarat makna ialah kata yang layak disandangkan pada film ini. Sebuah film yang dikemas dengan sebegitu apiknya, karakter yang menarik, serta dapat ditonton semua umur. Film ini seakan mengatakan “Jangan lupa untuk memelihara bumi sebelum terlambat dan jadilah manusia yang peduli dengan lingkungan sekitar”.
Komentar
Posting Komentar